Tuberkulosis
Tuberkulosis: penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis.
Diagnosis TB berdasar PDPI
1. Tb paru/ ekstra paru
2. Terkonfirmasi bateriologis/ tidak
3. Resisten/ sensitif
4. Kasus baru/ gagal/ kambuh/loss to follow up
5. HIV positif/negatif
6. Lesi bagian paru apeks/ media/ inferior
Klasifikasi
kasus
1. Berdasarkan lokasi
-Tuberkulosis
Paru
-Tuberkulosis
Ekstra Paru
2. Berdasarkan
diagnosis mikroskopis
-Pasien
tb terkonfirmasi bakteriologis
-Pasien
tb terdiagnosis klinis
3. Berdasarkan
hasil uji kepekaan obat
- Mono resistan (TB MR): resistan terhadap
salah satu jenis OAT lini pertama saja
- Poli resistan (TB PR): resistan terhadap
lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan
- Multi drug resistan (TB MDR): resistan
terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB
MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
- Resistan Rifampisin (TB RR): resistan
terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional)
4. Berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya
- Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah
mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang
dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).2,3
- Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang
sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis).
- Kasus Kambuh/ Relaps
- Kasus Default/ putus berobat
- Kasus Gagal
- Kasus Kronik
- Kasus Bekas TB
5. Berdasarkan
Status HIV
-Pasien
TB dengan HIB positif (ko-infeksi TB-HIV)
-Pasien
TB dg HIV negatif
-Pasien
TB dengan status HIV tidak diketahui.
1. Anamnesis
-Gejala Respiratorik: batuk
>3
minggu, hemoptisis, sesak napas, nyeri dada
-Gejala
Sistemik: demam,
malaise, keringat malam, anoreksia, penurunan BB
-TB
Ekstraparu: sesuai organ yg terlibat
2. Pemeriksaan Fisis
-Umumnya di lobus superior yaitu bagian
apeks dan segemen posterior dan lobus inferior yaitu bagian apeks
-Dapat ditemukan bermacam-macam seperti
suara nafas bronkial, ronki basah, perkusi redup (efusi), fremitus melemah,
suara napas melemah.
3. Pemeriksaan
Penunjang
-Bakteriologi:
Sewaktu-Pagi-Sewaktu
-Foto
Torak :
Lesi TB Aktif : Bayangan berawan atau
nodular, Kavitas, Bercak milier, efusi pleura
Lesi TB Inaktif : fibrosis, kalsifikasi,
komlek ranke, penebalan pleura
Destroyed Lung : multikavitas,
atelektasis, fibrosis parenkim paru
Pemeriksaan Penunjang Lain: PCR,
Serologi, Radiologi, Analisis Cairan Pleura, Histopatologi Jaringan, Pemeriksaan Darah,
Tuberkulin, Gen Xpert.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko meliputi 3 hal yaitu:
-Faktor
Kuman penyebab TB
-Faktor
individu (usia, jenis jelamin, daya tahan tubuh, perilaku, status sosial
ekonomi)
-Faktor
lingkungan (perumahan kumuh, sirkulasi tempat tinggal dan kemampuan cahaya
matahari masuk)
Patogenesis & Patofisiologi Infeksi TB
TATALAKSANA TUBERKULOSIS
TATALAKSANA TUBERKULOSIS
Pengobatan TB terdiri dari 2 tahapan
pengobatan yaitu:
1.Awal/ Intensif: dilakukan selama 2
bulan. bertujuan untuk menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kuman yang mungkin sudah resisten sejaksebelum
pengobatan. Daya penularan sudah menurun
setelah pengobatan 2 minggu pertama
2.Lanjutan: bertujuan untuk membunuh
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persisten shg pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Panduan OAT
Kategori
1: Paduan
OAT ini
diberikan
untuk
pasien
baru:
- Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
- Pasien TB paru terdiagnosis klinis.
- Pasien TB ekstra paru.
Kategori
2: diberikan
untuk
pasien
BTA positif
yang pernah
diobati
sebelumnya
(pengobatan
ulang)
yaitu:
- Pasien kambuh.
- Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya.
- Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Referensi
Pengobatan pasien tuberkulosis. kementerian kesehatan RI. 2017
Komentar
Posting Komentar