Pemeriksaan Spirometri

Pemeriksaan Spirometri dilakukan untuk melihat fungsi paru dari komponen volume, kecepatan dan waktu yang berhubungan dengan penyakit paru.
Hal yang dapat mempengaruhi Volume paru dan kecepatan aliran adalah usia, jenis kelamis, ras serta Tinggi badan. Berat Badan tidak mempengaruhi nilai prediksi normal.
Nilai prediksi normal dapat ditentukan melalui suatu aplikasi yaitu Project Pneumobile Indonesia


Tujuan Spirometri
Pemeriksaan Spirometri bertujuan untuk:
Mengukur fungsi paru apakah dalam kondisi normal/ restriksi/ obstruksi/ campuran.
Mengevaluasi treatment, seperti misalnya pada pemberiaan pengobatan asma dan PPOK.
Memonitor suatu penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan fungsi ventilasi paru.
Dapat digunakan untuk menentukan prognosis suatu penyakit
Menentukan toleransi operasi, biasanya pada pasien yang akan melakukan operasi diperlukan prasyarat batas fungsi paru tertentu untuk bisa dilakukan tindakan operasi misal pada anestesi umum.
 
Kontraindikasi Spirometri
Kontraindikasi dilakukan tes Spirometri adalah semua hal yang semakin buruk ketika terdapat peningkatan tekanan intratorakal/intraabdomen atau ada kontraindikasi untuk mengedan. Misalnya pada kondisi:
Pneumotorak
Myokardial infark
Angina unstable
Baru saja melakukan tindakan operasi pada daerah dada dan abdomen, serta operasi mata
Adanya aneurisma
 
 
 
Prosedur Spirometri
Cara melakukan Pemeriksaan spirometri Persiapan
Dalam persiapan
oAlat: persiapkan alat: spirometer mouth piese. Spirometer perlu di kalibrasi; Spirometer harus menghasilkan hardcopy  / rekaman secara otomatis untuk mendeteksi kesalahan teknis/ mengidentifikasi apakah uji sudah memenuhi syarat.  Ajarkan melakukan manuver dan menjepit/menutup hidung saat uji
oPetugas: perlu pelatihan agar hasilnya akurat
oPasien: usaha maksimal dalam melakukan uji untuk menghindarai kesalahan diagnosis dan manajemen
2. Kinerja
oMenggunakan teksnik sesuai standar
oVolume espirasi harus dilakukan dengan benar
oRekaman harus cukup waktu untuk mencatatsuatu kurva volume
oKVP dan VEP1 merupakan nilai terbesar dari 3 kurva yg perbedaanya tidak lebih dari 5%/ 150 ml
oRasio VEP1/KVP harus diambil dari kurva yg secara teknis dapat diterima dg nilai terbesar dari KVP ataupun VEP1
3. Evaluasi
oHasil pengukurand ibandingkan dengannilai akuan (nilai pneumobile indonesia)
oNilai VEP1 pasca bronkodilator <80% prediksi serta VEP1/KVP <0,75memastikan ada hambatan aliran udara yg tidak sepenuhnya reversible
Mengukur kapasitas vital
-Instruksi meletakan mouth piece diantara gigi dan katup erat denga bibir
-Bernafas biasa sebanyak 3-4 kali
-Menarik nafas sedalam-dalamnya
-Mengeluarkan nafas sekuat-kuatnya
-Pastikan lidah tidak berada di dalam mouth piece
(ulangi prosedur 3 kali, ambil salahsatu hasil spirometri yang terbaik, pasien bisa beristrirahat bila sudah lelah)
Prosedur pengukuran Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan Volume Ekspirasi detik pertama (VEP1)
-Menarik nafas sedalam-dalamnya
-Meletakan mouth piece diantara gigi dan katup erat dengan bibir
-Buang nafas sekuat-kuatnya dan ceaptcepatnya sampai selesai
-Pastikan lidah tidak di dalam mouth piece
(ulangi prosedur 3 kali, ambil salahsatu hasil spirometri yang terbaik, pasien bisa beristrirahat bila sudah lelah)
Prosedur uji bronkodilator
-Menyemprotkan obat bronkodilator dengan dosisi terukur melalui spacer atau nebulizer (salbutamol 2,5 mg)
-Berikan instruksi cara pemeriksaan sama seperti diatas (untuk penilaian VEP1, KVP)
-Tunggu selama kurang lebih 15 menit setiap prosedur.
 
 
Tipe Gangguan Ventilasi Paru
Tipe Gangguan Ventilasi Paru dapat dilihat melalui pemeriksaan sipometri, hasil yang dikeluarkan berupa kondisi ventilasi:
1.Normal
2.Obstruksi: penurunan kecepatan aliran rata-rata
3.Restriksi: penurunan volume paru
4.Campuran antara Obstruksi dan Restriksi
Interpretasi Obstruksi dan Restriksi dapat dilihat dari komponen hasil pemeriksaan volume paru
Obstruksi : dapat dilihat dari 2 nilai yaitu:
1. Nilai VEP1% yang didapatkan dari VEP1 / KVP. Artinya didapatkan dari hasil Volume Espirasi Paksa dalam 1 detik pertama (VEP1) dibagi Kapasitas Vital Paksa (KVP) / Forced Volume Capacity (FVC).  Obstruksi terjadi bila nilainya < 75%. Hal ini menunjukan obstruksi terjadi ketika volume yang dikeluarkan dalam 1 detik pertama itu < 75% dari kapasitas yang bisa dikeluarkan paru secara total selama +- 6 detik pada manuver paksa. Tapi ada syarat kalau mau menggunakan rumus VEP1/KVP ini yaitu nilai KVP harus normal yaitu <80% kalau tidak memenuhi syarat tersebut maka penentuan Obstruksi bisa dari rumus kedua yaitu VEP1/VEP Prediksi
Mild                60-75%
Moderate       30-59%
Severe       < 30%
2. Nilai VEP1% yang didapatkan dari VEP1 / VEP Prediksi. Obstruksi terjadi bila nilainya < 80%.
Derajat keparahan dari nilai VEP1/VEP1 Prediksi
Mild >70%
Moderate 60-69 %
Moderate Severe 50-59%
Severe 35- 49%
Very severe <35%
Kondisi Obstruksi dapat ditemukan saat ada gangguan pada saluran nafas baik intralumen, ekstralumen atau dari dinding saluran nafas itu sendiri atau istilah lainnya Ekstralural, intra mural dan intraluminal
Restriksi: dapat dilihat dari nilai %KVP  yg didapatkan dari KVP/ KVP Prediksi < 80%. Artinya udara yang dikeluarkan secara paksa nilainya < prediksi seharusnya.
Kondisi terjadinya restriksi adalah adanya gangguan yang berhubungan dengan pengembangan paru, dapat dilihat dari gangguan struktur paru dan dinding dada misalnya gangguan pada parenkim paru, pleura, dinding dada, saraf dan otot.

Syarat test spirometri yang baik
1.Dilakukan 3 kali manuver, diambil nilai yang paling tinggi
2.Nilai perbedaan antara 3 kali percobaan tidak > 150 ml
3.Batas pengulangan 8/12 kali kalau lebih dari itu maka diulang dihari lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pediatric Nutrition Care

Cara Membaca Foto Rongent Thorax

Pemasangan WSD (Water Seal Drainage) / Chest Tubes